Berkhayal tentang 10 tahun yg akan datang adalah bukan hal yg gampang. Ini sama saja merencanakan sesuatu yg kita inginkan untuk waktu 10 tahun lagi. Kita saat ini memang tidak tahu akan menjadi apakah setelah 10 tahun itu, tapi ketika membaca sebuah kalimat dari internet yg mengatakan bahwa “apa yg kita lakukan sekarang akan menentukan masa depan kita nanti. Dan mungkin pencapaian kita yg sekarang adalah buah dari apa yg sudah kita lakukan dulu” tidak ada salahnya apabila sekarang saya sedikit berkhayal akan menjadi apakah 10 tahun nantinya.
Awal mengenal sekolah itu dimulai saat saya masuk dibangku taman kanak-kanak. Bangun pagi masih dibangunkan, makan masih minta disuapi, pakai bajupun harus dipakaikan. Intinya adalah saat itu saya masih bergantung kepada orang tua. Apa-apa belum bisa dilakukan sendiri. Masa TK saya kurang dapat saya lalui dengan baik, saat itu saya hanya mempunyai 1 teman dekat saja. Sedikit penyesalan yg saya rasakan sekarang, mengapa saat itu saya tidak bisa menjadi anak-anak yg aktif dan kelihatannya pintar. Sedikit iri bila melihat anak-anak jaman sekarang dengan berbagai fasilitas mereka bisa mendapatkannya. Konsep orang tua modern marak diterapkan para orang tua. Tidak banyak diantara orang tua yg memasukan anak mereka di TK yg bertingkat internasional. Timbul sebuah pemikiran dibenak saya, mereka anak-anak dan harus mengerti berbagai macam bahasa, bahkan 5 bahasa berbeda. Berbeda dengan jaman saya dulu, TK hanyalah bermain, bernyanyi, bahkan dengan bahasa seadanya. Setahun dua tahun berjalan masa TK saya berakhir, dan saya akan meninggalkan masa bermain saya dan mengganti mainan dengan buku tulis dan pensil. Kelas 5 SD guru saya sering menyinggung soal cita-cita. Mau jadi apakah nanti setelah saya besar dan mandiri? Saya ingat waktu itu saya pernah bercita-cita ingin menjadi model, tapi saya sedih saat itu pun orang tua saya tidak mengikutkan saya dalam kompetisi atau lomba model. Malahan lomba bernyanyi yg pernah saya ikuti, dan itupun tidak menang sama sekali. Saya sadar bahwa orang tua saya adalah orang tua yg kolot. Rasa penyesalan sering muncul ketika flash back lagi kebelakang mengapa saya tidak dijejali keterampilan apapun saat saya masih kecil. Sempat saya dibelikan keyboard kecil harapan mereka saya dapat berlatih bermain keyboard sendiri. Tapi menurut saya, bagaimana saya bisa berkembang dan mengerti teknik jika tidak ada guru yg mengajari saya. Namun setelah 6 tahun di SD, prestasi yg saya raih tidaklah buruk. Saya selalu meraih juara 3 dikelas, walaupun bukan yg pertama namun saya adalah siswa perempuan terpandai diantara teman-teman saya. Dan saya dapat lulus dengan rata-rata nilai yg cukup memuaskan. Dengan modal NEM yg bagus saya masuk dibangku SMP, masih dalam wilayah Jogja. Jujur angan ingin menjadi apa itu masih labil dibenak saya.Pernah ingin menjadi model, lalu ganti ingin menjadi perancang topeng pesta. Akhir kelas 3 SMP sempat terpikir ingin menjadi seorang desainer pakaian. Saya sudah mulai kritis saat itu, banyak teman-teman yg sudah memiliki cita-cita pasti kedepannya. Sedangkan saya sebuah cita-cita kecil pun belum terpikirkan. Saat SMK saya mengambil jurusan marketing. Banyak sekali motivasi untuk menjadi seorang pengusaha, namun ternyata saya tidak hobi dalam bidang tersebut.
Ilmu tidak ada yg sia-sia, dan saya menikmatinya selama 3 tahun. Hingga akhirnya saya lulus, dan dilema besar saya hadapi. Bekerja atau kuliah. Saat itu saya sudah bisa mulai berpikir sendiri, dan saya mencoba memahami diri saya sendiri seperti apa sebenarnya saya. Ternyata saya suka dengan pelayanan. Saya ingin menjadi perawat. Sempat mendaftarkan diakademi keperawatan Panti Rapih serta melewati tes-tes tertulis dan wawancara namun akhirnya gagal karena biaya. Sebenarnya saya sangat berharap. Saya tidak akan menyesalinya berlarut-larut, saya harus berpikir kedepan. Dan Tuhan memberikan saya jalan untuk masuk diakademi bahasa asing Sinema Yogyakarta. Kampusnya memang belum banyak dikenal orang, tapi saya berharap dapat menjadi yang terbaik dan bisa mempersembahkan yg terbaik untuk ABA Sinema setelah saya lulus nantinya. Sesuai dengan jurusannya yaitu broadcast, tentunya setelah lulus saya akan bekerja dibidang itu. Tidak dengan setengah hati saya menjalaninya, sebelumnya saya sudah berkeinginan ingin menjadi news presenter. Saya yakin ini adalah cita-cita saya yg terakhir dan saya ingin sekali mewujudkannya. Saat ini saya tergabung dalam sebuah komunitas digereja kotabaru, namanya Lektor. Lektor dapat memberikan sedikit pengetahuan tentang menjadi seorang presenter. Secara teknik sama, hanya saja kalau news presenter itu membaca berita sedangkan Lektor membacakan perikop kitab suci untuk umat. Saya berharap dengan belajar dari senior-senior saya, tampil didepan banyak orang dan disorot kamera itu sudah menjadi kebiasaan bagi saya. Sehingga saat saya lulus dari Sinema ini saya dapat mendaftarkan diri di stasiun televisi lokal. Saya belum merencanakan untuk pergi ke Jakarta, karena saya ingin berkarya di kota saya sendiri dulu. Impian ini saya sebut impian kecil, tentunya ada sebuah impian besar yg utama. Saya ingin bekerja dan mengumpulkan uang untuk mengambil S1 jurusan komunikasi di universitas. Masih menjadi pertimbangan universitas mana yg akan saya pilih. Untuk itu berkeinginan untuk kuliah lagi dan mengambil S1 jurusan komunikasi, ada impian besar dalam benak saya. Jika tadi disebut impian kecil maka yg ini adalah impian utama atau impian besar saya. Saya ingin entah itu 10 tahun lagi atau Tuhan memberikan waktu yg lebih cepat, saya ingin menjadi news presenter yg sangat handal menyampaikan berita untuk masyarakat, banyak orang mengenal saya sebagai news anchor televisi ternama, dan pastinya itu distasiun televisi ternama pula.
Tokoh inspiratif saya adalah Jeremy Teti, dia merangkak dari bawah bahkan dia memulai kariernya di TVRI, lalu beberapa tahun yg lalu ia menjadi news presenter di SCTV. Saya ingin menjadi seperti Jeremy Teti, awal karier saya abdikan untuk kota saya yaitu Yogyakarta, setelah itu saya ingin berkembang dan maju di kota Jakarta.
Tidak perlu 10 tahun lagi kalau bisa saya ingin setelah lulus dari ABA Sinema ini saya dapat menjadi reporter yg handal. Bahkan tidak perlu S1, D3 saja sudah cukup bila Tuhan berkehendak. Dan tentunya sebagai bentuk rasa terima kasih saya, saya ingin berkontribusi untuk memajukan kampus ABA Sinema ini menjadi lebih maju, jika kampus ini dapat menjadikan saya sukses maka saya juga akan menjadikan kampus ini mensukseskan mahasiswa-mahasiswa setelah saya. Saya sangat berambisi untuk bisa menjadi news presenter, saya tidak ingin menggantikan mereka yg sudah handal dibidangnya, tapi saya akan menciptakan karakter baru menjadi seorang news presenter yg sukses. Bahkan banyak orang mengenal saya. Ingin sekali membuat bangga kedua orangtua saya, pendidikan mereka tidak setinggi pendidikan yg saya raih sekarang ini. Saya beruntung mempunyai mereka yg mensupport saya sehingga dapat memperoleh kesempatan untuk mewujudkan cita-cita saya.
God bless u, dek!
BalasHapusTulisanmu istimewa👊👍..
Sukaa👍